Pengaruh Budaya dan Sub-Budaya terhadap Perilaku Konsumen
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
kebudayaan
adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar.
Dengan kata lain faktor budaya merupakan faktor paling utama dalam perilaku
pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Menurut suatau analisis, lahirnya
masyarakat konsumsi pertama kali muncul di Inggris pada abad ke XVII ketika ada
bebarapa kejadian penting yang berlangsung. pengaruh budaya dapat mempengaruhi
berbagai makna budaya dalam masyarakat dalam suatu proses yang berkesinambungan
dan timbal balik yang hamper mirip dengan analisis roda konsumen. Budaya
konsumsi yang muncul juga dipengaruhi oleh strategi pemasaran, konsumsi massal
meningkat sejalan dengan semakin banyaknya orang yang memiliki pendapatan.
Gambaran singakat kejadian yang kompleks di awal terbentuknya masyarakat
konsumsi modern menunjukan pentingnya budaya dalam uapaya memahami perilaku
konsumen.
Konsumen
adalah makhluk social, yaitu makhluk yang hidup bersama dengan orang lain,
berinteraksi dengan sesamanya. Orang-orang sekeliling inilah yang disebut
sebagai lingkungan social konsumen. Konsumen saling berinteraksi satu sama yang
lain, saling mempengaruhi dalam membentuk perilaku, kebiasaan, sikap,
kepercayaan dan nilai-nilai yang dianggap penting. Salah satunya unsur
lingkungan social adalah budaya.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Memaparkan penjelasan
mengenai pengruh budaya dan sub-budaya terhadap perilaku konsumem.
1.2.2
Memaparkan apa yang
diabahas dalam Unsur-unsur budaya.
1.2.3
Memaparkan Tinjauan
su-budaya budaya.
1.2.4
Memaparkan cakupan dan
lintas sub-budaya
1.2.5
Memaprkan bauran
pemasaran dalam lintas budaya
1.3 Tujuan
1.3.1
Mengetahui pengertian
budaya.
1.3.2
mengetahui apa saja
yang dibahas dalam unsure-unsur budaya.
1.3.3
mengetahui lintasan
budaya.
1.3.4
mengetahui cakupan dan
lintas budaya dalam pemasaran.
1.3.5
mengetahui bauran
pemasaran.
1.4
Manfaat
1.4.1 memberikan informasi dan masukan
kepada mahasiswa-mahasiswi serta tenagapengajar tentang materi “persepsi
sosial” dan “sikap”
1.4.2 penulis bisa lebih mengetahui penran budaya
dan sub-budaya dalami mempengaruhi
perilaku konsumen .
1.4.3
penulis bisa lebih mengetahui apa saja cakupan budaya dan subdudaya dalam
mempengaruhi prilaku konsumen.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Budaya
salah satu unsur lingkungan sosial adalah
budaya ( culture ). Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol, yang
mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan
masyarakat. Budaya buka hanya bersifat abstrak tetapi bisa berbentuk objek
material seperti rumah, kendaraan, peralatan elektronik, pakaian,
indang-undang, makanan, minuman, musik, teknologi, dan bahasa. Menurut Peter
dan Olson (1999) ,arti/makna budaya adalah jika sebagian besar dari orang
yang berada di dalam sebuah kelompok sosial memiliki pemahaman mendasar yang
sama terhadap makna tersebut.
Engel,Blackwell
dan Miniard (1995) menyebutkan 10 sikap dan perilaku yang sangat dipengaruhi
oleh budaya , yaitu :
1. Kesadaran
diri dan ruang (sense of self and space).
2. Komunikasi
dan bahasa.
3. Pakaian
dan penampilan.
4. Makanan
dan kebiasaan makan.
5. Waktu
dan kesadaran akan waktu.
6. Hubungan
keluarga, organisasi, dan lembaga pemerintah.
7. Nilai
dan norma.
8. Kepercayaan
dan sikap.
9. Proses
mental dan belajar.
10. Kebiasaan
kerja.
B.
Unsur-Unsur
Budaya
1. Nilai
(Value)
Nilai adalah
kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang atau suatu
masyarakat., Nilai mengarahkan seseorang untuk berperilaku yang sesuai dengan
budayanya. Nilai akan mempengaruhi sikap
seseorang, yang kemudian sikap akan mempengaruhi perilaku seseorang.
Contoh
nilai-nilai yang dianut orang Indonesia :
a. Laki-laki
adalah kepala rumah tangga.
b. Menghormati
orang tua dan orang yang lebih tua.
c. Hamil
diluar nikah adalah aib.
Perubahan Beberapa Nilai :
Nilai yang
Berubah
|
Pengaruh Terhadap
Konsumsi
|
Dulu sedikit
wanita yang memakai jilbab, sekarang banyak wanita yang memakai jilbab.
|
Kebutuhan akan
pakaian muslimah meningkat
|
Semakin banyak
wanita mulai bekerja diluar rumah
|
Pemakaian
kosmetik, pakaian kerja, dan transportasi meningkat
|
Wanita diberi
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan
|
Permintaan
pakaiana, peralatan sekolah, transportasi meningkat
|
Wanita banyak
memakai celana panjang sebagai pengganti rok
|
Permintaan celana
panjang meningkat
|
Laki-laki banyak
yang hobi kesalon dan menggunakan anting
|
Frekuensi ke
salon meningkat dan permintaan perhiasan meningkat
|
2. Norma
(Norms)
Norma adalah aturan masyarakat tentang sikap
baik dan buruk, tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Norma di bagi
dua yang pertama norma yang disepakati berdasakan aturan pemerintah, biasanya
berbentu peraturan , undang-undang. Norma yang kedua adalah norma yang ada
dalam budaya dan bisa di pahami dan dihayati jika orang tersebut berinteraksi
dengan orang-orang dari budaya yang sama.
3. Kebiasaan (Customs)
Kebiasaan adalah
berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara budaya. Kebiasaan
diturunkan dari generasi ke generasi secara turun temurun.
Beberapa
Perayaan Keagamaan di Berbagai Daerah
Daerah
|
Budaya
|
Keterangan
|
Pengaruh Terhadap
Konsumsi
|
Padang
|
Manjalang Mintuo
|
Mengantar makanan
ke rumah mertua sebelum bulan puasa, dalam bulan puasa, dan saat lebaran
|
Meningkatkan
pembeliaan bahan makanan (beras, lauk pauk)
|
Riau
|
Balimau kasai
|
Mandi bersama di
sungai sehari sebelum puasa ramadhan
|
Sarana
transportasi, makanan, minuman, perlengkapan mandi, mainan anak, dan hiburan
|
Aceh
|
Rabu abek
|
Pergi ke tempat
wisata minggu terakhir menjelang puasa
|
Meningkatkan
pembeliaan bahan makanan
|
Beberapa
Perayaan Perkawinan di Berbagai Daerah
Daerah
|
Perayaan
|
Keterangan
|
Pengaruh Terhadap
Konsumsi
|
NTT
|
Belis
|
Persyaratan
meminang dengan memberikan ternak, kain dan emas kepada calon istri
|
Pakaian, makanan,
minuman, perhiasan, ternak
|
Manado
|
Maso minta
|
Acara melamar
yang dilakukan pria ke wanita
|
Meningkatkan
pembelian sandang, pangan dan bunga
|
Kalimantan,
Sulawesi, Padang, Aceh, Riau
|
Pelangkahan
|
Sanksi kepada
adik perempuan yang mendahului menikah dengan cara memberikan kerbau, sapi,
perhiasan, pakaian dan perlengkapannya kepada kakak perempuan yang belum
menikah
|
Kerbau, sapi,
perhiasan, pakaian dan perlengkapannya
|
4. Larangan
(Mores)
Larangan adalah
berbagai bentuk kebiasaan yang mengandung aspek moral, biasanya berbentuk
tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh seseorang dalam suatu masyarakat.
Pelanggaran terhadap larangan tersebut akan mengakibatkan sangsi sosial.
Biasanya bersumber dari budaya atau nilai-nilai agama.
Beberapa
Larangan yang Dijumpai di Beberapa Daerah
Larangan
|
Alasan
|
Apabila istri
hamil dilarang bagi suami/istri melukai atau membunuh binatang
|
Anaknya akan
cacat
|
Dilarang foto
bertiga
|
Karena nanti
salah satunya akan celaka
|
Anak gadis tidak
boleh duduk di depan pintu dan tangga
|
Nanti akan
terjadi sesuatu yang buruk, yang bisa berakibat susah dapat jodoh
|
5. Konvensi
(Conventions)
Konvensi menggambarkan norma dalam
kehidupan sehari-hari, anjuran atau kebiasaan bagaimana seseorang harus
bertindak sehari-hari, dan biasanya berkaitan dengan perilaku konsumen yang
rutin dilakukan konsumen. Contohnya minum teh dan kopi dengan gula, memasak
menggunakan garam, anak yang menyebut orang tuanya ayah/ibu, ayah/bunda,
papa/mama, umi/abi, mami/papi.
6. Mitos
Mitos
menggambarkan sebuah cerita atau kepercayaan yang mengandung nilai dan
idealisme bagi suatu masyarakat. Mitos sering kali sulit di buktikan
kebenarannya. Contohnya pada masyarakat jawa mengenai raja-raja dan wali songo.
7. Simbol
Simbol adalah segala sesuatu (benda, nama , warna, konsep) yang memiliki
arti penting lainnya ( makna budaya yang diinginkan). Contoh bendera warna
kuning yang dipasang disuatu tempat adalah simbol bahwa ada warga yang
meninggal di daerah tersebut.
8. Budaya dan Konsumsi .
Budaya mempengaruhi bagaimana individu
mengambil keputusan, budya adalah variable utama dalam penciptaan dan komunikasi makna didalam
produk. Persepsi konsumen terhadap sesuatu termasuk bagaimana cara berpikir,
percaya, dan bertindak ditentukan oleh lingkungan budaya sekitar konsumen itu
berada serta kelompok yang berhubungan dengan konsumen. Kebudayaan
mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari secara total dan diwariskan.
hal ini mengandung arti bahwa kebudayaan tidak hanya mencakup tindakan yang
berlandaskan naluri tapi juga dipelajari.
Kebudayaan mempengaruhi
perilaku pembelian karena budaya menyerap ke dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya menetapkan apa yang kita dengar dan makan, dimana kita tinggal dan
kemana kita bepergian. Budaya mempengaruhi bagaimana kita membeli dan
menggunakan produk dan kepuasan kita tehadap produk-produk tersebut.
C.
Pengaruh
Budaya Terhadap Perilaku Konsumen
Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting
dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya.
Makna budaya akan dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk kemudian
dipindahkan ke konsumen dalam bentuk pemilikan produk (possession ritual),
pertukaran (exchange ritual), pemakaian (grooming ritual), dan pembuangan
(divestment ritual).
1. Budaya Populer
Mowen dan Minor
(1998) mengartikan budaya populer sebagai budaya masyarakat banyak yang mudah
dipahami dan tidak memerlukan pengetahuan khusus.
a. Iklan
Iklan dalam berbagai bentuknya seperti
iklan media cetak atau pun elektronik. Setiap hari konsumen disajikan beragam
iklan produk dan jasa melalu berbagai media. Konsumen pun bisa menikmati
iklan-iklan mancanegara yang ditayangkan di tanah air, karena iklan telah
menjadi budaya internasional.
b. Televisi
Televisi adalah medium untuk menyampaikan
banyak hal kepada masyarakat : sosial, politik, hiburan, olahraga, beragam
berita, dan iklan komersial. Budaya hiburan seperti sinetron, film, ruang
konsultasi, musik, quis, ceramah agama, dan kerohanian. Beberapa nama stasiun
televisi, sctv, rcti, metro tv, tv one, trans tv, trans 7 , indosiar, riau tv
dll.
c. Musik
Musik telah menjadi budaya populer
yang sangat penting. Musik juga banyak dipakai oleh iklan – iklan produk dan
jasa. Konsumen indonesia sangat terbuka dalam menerima jenis musik dari
mancanegara.
d. Radio
Ada fungsi radio yang tidak bisa
digantikan, konsumen bisa mendengarkan radio sambil bekerja, mengemudi dan
melakukan kegiatan lainnya. Sejak penggunaan telepon selular, radio meciptakan
budaya baru yaitu interaktif antara pendengar dan penyiar radio, radio bisa
menyiarkan langsung kejadian – kejadian penting di masyarakat.
e. Pakaian
danAsesoris
Pakaian menggambarkan suatu budaya dan
bangsa. Konsumen selalu membutuhkan pakaian dan asesoris berbeda untuk tujuan
yang berbeda. Kebutuhan pakaian dan asesoris yang berbeda antar waktu dan
situasi ini yang menyebabkan permintaan selalu meningkat.
f.
Permainan (Games)
Seiring dengan berkembangnya
teknologi alat-alat elektronik seperti komputer, playstation, nintendo, PSP
dll, maka berkembang pula segala macam jenis permainan. Setiap era selalu
memiliki budaya permainan populer yang berbeda.
g.
Film
Film telah mewarnai kehidupan masyarakat indonesia dan dunia. Film bisa
di tonton di bioskop televisi, vcd dll dari anak-anak hingga dwasa. Film
menjadi hiburan bagi konsumen. Semua jenis prosuk, iklan produk di tayangkan
pada saat pemutaran film.
h. Komputer
Komputer, internet dan telepon genggam
menjadi ciri budaya modern suatu bangsa pada dekade ini termasuk ciri budaya
populer yang membawa perubahan pada perilaku konsumen. Dahulu hanya menggunakan
mesin ketik untuk mengolah data, menulis dokumen. Kehadiran internet konsumen
bisa berkomunikasi dengan dunia luar. Pemakaian telepon genggam juga memiliki
perilaku yang baru bisa mengirim kabar dengan cepat conothnya penggunaan SMS.
2.
Strategi
Pemasaran dengan dan Memperhatikan Budaya
Beberapa
strategi pemasaran bisa dilakukan dengan pemahaman budaya suatau masyarakat,
pemasar dapat merencanakan strategi
pemasaran pada penciptaan produk, segmentasi dan promosi. Pemahaman tentang
budaya suatu masyarakat dan bangsa akan memberikan inspirasi mengenai produk
yang dibutuhkan oleh konsumen.
Contohnya pada
masyarakat indonesia telah mempercayai perawatan kecantikan, menjaga kebugaran
tubuh dan menyembuhkan berbagai penyakit menggunakan tumbuh-tumbuhan ,
kewirausahaan pun memanfaatkan pengetahuan budaya tersebut untuk membuat produk
tradisional seperti jamu. Produsen jamu Nyonya Meneer memiliki 3000 karyawan
dan mendistribusikan produknya keseluruh propinsi di indonesia bahkan
mengekspor ke jiran malaysia.
a.
Penciptaan
Ragam Poduk
Beragamnya budaya
dalam berbagai masyarakat bagi pemasar seharusnya menjadi peluang sangat baik.
Dalam suatau budaya tertentu, banyak sekali ritual-ritual budaya yang
membutuhkan barang-barang yang dijadikan sebagai symbol tertentu.
b.
Segmentasi
Pasar
Ritual budaya
yang dijalankan masyarakat dapat merupakan suatu segmen pasar tersendiri.
misalnya, ritual mudik lebaran dapat dijadikan satu segmen pasar “pasar mudik
lebaran”.
c.
Promosi
setelah
segmentasi dilakukan, strategi promosi dapat difokuskan segmen sasaran saja agar
efektif dan efisien. pemahaman budaya bisa dijadikan dasar untuk memposisikan
produk melalui iklan, Iklan dirancang sehingga mempisisikan produk untuk ritual
budaya-budaya
D.
Tinjauan
Sub Budaya
Subbudaya
adalah kelompok budaya berbeda yang ada sebagai sebuah segmen yang dapat
dikenali dalam suatiu masyarakat yang lebih besar dan lebih kompleks, para
nggotanya mempunyai kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang membedakan
mereka dari para anggota masyarakat yang sama pada waktu yang sama, mereka memegang
kepercayaan yang dominan dalam masyarakat secara keseluruhan. Subbudaya
mempunyai focus yang lebih sempit dari pada budaya. Pembagian subbudaya
didasarkan pada berbagai macam variable sosiobudaya dan demografis seperti
kebangsaan, agama, lokasi geografis, ras, usia, gender, dan status pekerjaan.
Dalam
setiap budaya terdapat kelompok-kelompok yang lebih kecil dimana memberika
sosialisasi dan identifikasi lebih spesifik bagi para anggotanya,
kelompo-kelompok ini disebut sub-budaya, dimana didalamnya teradapat sekelompok
orang tertentu dalam sebuah masyarakat yang sama-sama memiliki makna budaya
yang sama untuk tanggapan afeksi dan kognisi, prilaku, dan faktor lingkungan.
Budaya
local yang berkembang pada umumnya mengikuti etnis masing-masing. variable lainnya
yang mempengaruhi budaya local adalah agama, geografis, dan regional, usia
serta jenis kelamin, variable tersebut disebut dengan sub-budaya, dalam
beberapa hal karakteristik produk dapat disesuaikan dengan kebutuhan segmen
pasar tertentu, karena para konsumen secara simulan adalah anggota beberapa
kelompok subbudaya, pemasar harus menentukan untuk kategori prosuk tersebut
bagaimana kenggotaan subbudaya tertentu saling berinteraksi untuk mempengaruhhi
guna mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
1. Afeksi
dan Kognisi
Penilaian
afeksi dan kognisi adalah penilaian terhadap suka atau tidak suka, perasaan
emosional yang tindakannya cenderung ke arah
berbagai objek atau ide serta kesipan seseorang untuk melakukan tindakan
atau aktifitas, Sikap sangat mempengaruhi keyakinan, begitu pula sebaliknya,
keyakinan menentukan sikap. Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, sikap
dan keyakinan sangat berpengaruh dalam menentukan suatu produk, merek, dan
pelayanan. sikap dan keyakinan konsumen terhadap suatu produk atau merek dapat
diubah melalui komunikasi yang persuasive dan pemberian informasi yang efektif
kepada konsumen.
2. Perilaku
Perilaku
merupakan suatu bentuk kepribadian yang dapat diartikan sebagai bentuk
sifat-sifat yang ada pada diri individu, yang ditentukan oelh faktor
internal dan faktor eksternal.
3. Faktor
Lingkungan
Berdasarkan
teori Gestal dan lapangan dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan merupakan
kekuatan yang sangat berpengaruh pada perilaku konsumen. Penggunaan objek
secara keseluruhan akan lebih baik dari pada hanya bagian-bagian. misalnya
menampilkan produk, merek, dalam iklan, surat kabar, media masa.
E. Sub Budaya Demografi
1.
Sub-Budaya
Etnis
Etnis
dapat diartikan sebagai kelompok orang yang mempunyai norma dan nilai spesifik
yang sama dalam persepsi dan kognisi yang berbeda dengan persepsi dan kognisi
kelompok lain dalam masyarakat yang lebih luas, nilai ini dapat terbentuk dari
segi fisik, agama, geografis atau faktor lainnya namun tidak mutlak. Misalnya
Etnis Sunda pada umum berkulit sawo matang dan beragama Islam berbeda dengan
Etnis Papua yang berkulit hitam dan beragama kristen pada umumnya. Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil,
pualau yang penghuninya maupun yang tidak berpenghuni.
Pulau- pulau
tersebut dihuni oleh bermacam-macam Etnis yang berbeda. Tiap Etnis memiliki
latar belakang, sejarah, norma, dan keunikan tersendiri.
Beberapa di antaranya ialah:
a. Suku
Bangsa Aceh
b. Suku
Bangsa Batak
c. Suku
Bangsa Minangkabau
d. Suku Bangsa Jawa
e. Suku
Bangsa Sunda
f. Suku
Bangsa Bali
g. Suku
Bangsa Dayak
h. Suku
Bangsa Bugis dan Makasar
i.
Suku Bangsa Halmahera
j.
Suku Bangsa Asmat dan
Dani
Apabila kita
memahaman keragaman yang ada di dalam setiap etnis seperti halnya, norma yang
dianut, kebiasaannya, sejarahnya dan lain-lain, maka kita akan dapat merancang
suatu strategi pemasaran yang tepat yang tidak melanggar nilai-nilai dan norma
yang dianut oleh Etnis tertentu.
Di Indonesia
biasanya untuk sub-budaya Etnis pemasar melakukan strategi yang pada umumnya
berhubungan dengan produk makanan misalnya seperti yang dilakukan oleh indomie
dengan memasarkan produk mie instan selera nusantara. Selain itu beberapa kota
besar di jawa banyak sekali terdapat tempat-tempat makanan/ restoran yang
mengkhususkan produk makanan/ masakan dari etnis tertentu misalnya: Rumah Makan
Padang, Rumah Makan Sunda, Rumah Makan Betawi dan lain-lain, dengan harapan
orang-orang dari etnis tertentu tertarik untuk makan di tempat tersebut.
2.
Sub-Budaya
Agama
karena
bervariasi dan pluraris serta sifatnya yang pribadi membuat kelompok agama
mempunyai pengaruh penting bagi konsumsi suatu masyarakat, kelompok keagamaan
akan memperlihatkan preferensi dan tabu yang spesifik.
Pemasar
hendaknya dapat memperhatikan secara seksama preferensi dan tabu yang spesifik
atas barang yang dihasilkan karena akan mempengaruhi perilaku pembeli dari
sub-budaya kelompok kagamaan yang dimaksud.
Bagi pemasar di
Indonesia, dimana mayoritas penduduknya beragama Islam mengharuskan mereka
untuk mendapatkan sertifikasi halal untuk setiap produk yang berhubungan dengan
makanan. Konsumen yang beragama Islam lebih cenderung memperhatikan kehalalan
suatu produk, sebelum dia membeli produk tersebut, seperti perusahaan yang
memproduksi Ajinomoto yang beberapa
waktu lalu mempromosikan produknya secara gencar mengenai kehalalan produknya Di
Bali yang sebagian besar penduduknya beragama Hindu, mengharuskan seorang
pemasar untuk tidak memasarkan produk makanan yang mengandung daging sapi. Bagi
pemeluk agama Budha dan agama Kristen Advent yang tidak mengkonsumsi daging
merupakan pasar tersendiri bagi seorang pemasar, misalnya dengan membuka rumah
makan/ restoran vegetarian.
3.
Sub-Budaya
Geografis dan Regional
Daerah
geografis suatu negara kadang mengembangkan budayanya sendiri. Daerah barat
daya merika Serikat dikenal karena gaya hidup kasual yang meninjolkan busana
yang nyaman, hiburan luar rumah, dan olahraga yang aktif dan juga tampak lebih
inovatif ke arah produk baru sperti bedak kosmetisbila dibandingkan dengan
sifat konservatif dan malu-malu yang mencirikan beberapa daerah negara
tersebut.
Di
Indonesia masyarakat perkotaan/ kota besar pada umumnya menyukai jenis hiburan
yang berhubungan dengan alam, lain halnya dengan masyarakat yang tinggal di
daerah kabupaten atau kota kecil yang lebih memilih berlibur ke kota. Selain
gaya hidup iklim juga menghasilkan suatu inti dari nilai-nilai di dalam suatu
daerah geografis. Contohnya, Indonesia ada daerah-daerah tertentu yang iklimnya
agak dingin, seperti daerah Jawa barat (lembang), perusahaan juga harus
menyesuaikan produk apa yang sesuai untuk di pasarkan di daerah tersebut,
misalnya baju/ pakaian hangat(sweater).
Di Indonesia misalnya untuk produk mobil, pada
daerah indonesia bagian barat khususnya daerah Sumatera yang masyarakatnya yang
sebagian besar berusaha di bidang perkebunan lebih memilih/mengutamakan
menggunakan kendaraan jenis “jeep”. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan
Bandung saat ini masyarakat lebih memilih menggunakan mobil dengan ukuran
kecil, pemasaran dalam hal ini Suzuki memasarkan mobil dengan nama Karimun dan
Daihatsu dengan merek Ceria. Untuk wilayah Indonesia bagian timur khususnya
daerah Papua yang masyarakatnya secara ekonomi masih kurang dibandingkan dengan
masyarakat daerah lain, maka jenis kendaraan roda dua akan lebih diminati.
4.
Sub-Budaya
Usia
Kelompok
usia dapat juga dianalisis sebagai sebuah sub-budaya karena sering memiliki
nilai dan perilaku yang berbeda, namun pemasaran harus berhati-hati dalam
mensegmen konsumen jika didasarkan pada usia mereka yang sebenarnya, karena
sebagian konsumen dewasa merasa mereka masih muda, sebaliknya ada pula konsumen
remaja yang menganggap dirinya sudah dewasa, hal semacam diatas dapat ditemukan
misalnya dalam pernyataan” saya merasa masih muda”, “ saya tidak menyadari
bahwa saya sudah tua” atau “ saya merasa sudah cukup dewasa”, pernyataan
seperti di atas membuat seorang pemasar harus menganalisis ”
usia subjektif” atau “ usia
kognitif” (usia yang dianggap sebagai usia yang dapat bagi diri pribadi
seseorang), namun tetap mengtamakan usia kronologi atau usia nyata.
a.
Pasar
anak dan remaja
Pasar anak dan remaja menjadi sangat
penting bukan hanya karena mereka memilki pengaruh besar dalam pembelian rumah
tangga,tapi juga daya beli mereka yang terpisah. Usia pasar anak dan remaja
antara 7 sampai 19 tahun, selain alasan diatas mereka dianggap penting karena
mereka juga sering ikut melakukan kegiatan pembelian bahkan ikut membuat/
menentukan daftar barang belanjaan. Di Indonesia hampir semua iklan melibatkan
anak-anak dan remaja dalam komunitas suatu keluarga. Misalnya iklan”kecap
bango”, iklan “Pasta Gigi Pepsodent”, iklan “Sabun Cuci Rinso” dan lain-lain.
b.
Pasar
Baby Boomer
Yang
dimaksud dengan Baby Boomer adalah
mereka yang berumur antara 30-an sampai 40-an, dimana mereka memasuki
tahun-tahun puncak penghasilan dan pengeluarannya. Kelompok ini menekankan arti
pentingnya kesehatan dan olahraga serta pendidikan. Baby boomer memiliki dampak
yang kuat pada pasar perumahan, mobil, panganan, pakaian, kosmetik dan jasa
keuangan.
Para
boomer yang berstatus orang tua baru adalah pasar yang paling menarik bagi para
pemasar. Pasar untuk produk anak-anak juga ikut berkembang sejalan dengan
perkembangan diatas.
Misalnya,
penjualan mainan diharapkan meningkat dua kali lebih cepat dari populasi
anak-anak yang menjadi sasaran mereka. Pasar lain, seperti jasa perawatan anak
dan peranti lunak komputer untuk anak kecil, dapat meningkat dua kali lipat
dalam beberapa tahun kedepan.
c.
Pasar
Dewasa
Yang
termasuk dalam usia pasar dewasa adalah yang berumur 55-64 disebut lebih
dewasa, 65-74 disebut tua, 75-84 disebut tua sekali, dan renta diatas 85 tahun.
Biasanya, pemasar mengabaikan pasar dewasa, mungkin karena diasumsikan memiliki
daya beli yang rendah. Namun demikian, di samping jumlahnya yang besar,
karakteristik ekonomis pasar ini layak mendapat perhatian penuh. Walaupun
sebagian anggota kelompok ini tidak lagi bekerja, mereka sering sekali memiliki
pendapatan yang dapat dibelanjakan dalam jumlah yang cukup besar.
Golongan
tua merupakan pasar yang cukup besar untuk produk perawatan kulit, vitamin dan
mineral, alat bantu kesehatan dan kecantikan, dan obat-obatan yang mengurangi
rasa sakit, dan meningkatkan kinerja sehari-hari.
5. Sub-Budaya Jenis
Kelamin
Untuk
beberapa tujuan pemasaran, perbedaan jenis kelamin mungkin cukup signifikan
untuk memandang kedua jenis kelamin sebagai suatu sub-budaya yang berbeda.
Kepemilikan produk dipandang oleh sebagian pria sebagai cara untuk mendominasi
dan mengungkapkan kekuasaan atas orang lain, membedakan dirinya dari orang lain
dan mungkin bentuk terselubung dari agresi terhadap orang lain. Wanita,
sebaliknya, cenderung menilai tinggi barang milik yang dapat memperkuat
hubungan personal dan sosial. Sebagian pemasar melihat bahwa sangat bermanfaat
untuk mengembangkan strategi pemasaran yang berbeda untuk sub-budaya pria dan
wanita. Misal: Samsung yang mengeluarkan produk handphone yang diberi nama
Samsung Queen A-400 yang dkhususkan untuk wanita dan Samsung Blue Cool yang dikhususkan
untuk pria, Mie instans yang bermerek Cinta Mie yang mengandung Vitamin E untuk
kulit (kecantikan) diprioritaskan untuk para wanita.
F.
LINTAS BUDAYA (CROSS CULTURAL CONSUMEN BEHAVIOR)
Dalam melakukan
pemasaran yang melintasi batas-batas negara dituntut suatu interaksi dengan
orang-orang dan lembaga-lembaga serta organisasi yang dikelola dalam lingkungan
kebudayaan yang berbeda.
Memahami tingkah
laku konsumen bagi perusahaan yang memasarkan produknya dalam batas-batas suatu
negara sudah cukup sulit. Pemasar internasional harus memahami perbedaan dan
menyesuaikan produk serta program pemasarannya untuk memenuhi budaya dan
kebutuhan unik konsumen dalam berbagai pasar..
Perbedaan-perbedaan
kultural (culture difference) sangat mempengaruhi perilaku pasar. Supaya
berhasil dikancah mancanegara, perusahaan harus memahami kultur negara-negara
tujuan dan mempelajari bagaimana mengadaptasinya. Oleh karena itu, pemasar
internasional perlu sedapat mungkin membiasakan diri dengan sifat kultural dari
setiap negara, dimana mereka menggeluti lapangan usaha.
Secara umum
bahwa kebudayaan harus memiliki tiga karateristik
1. Kebudayaan
dipelajari, artinya, kkebudayaan diperoleh setiap orang sepanjang masa melalui
keanggotaan mereka di dalam suatu kelompok yang menurunkan kebudayaan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
2. Kebudayaan
bersifat kait-mengkait, artinya setiap unsur dalam kebudayaan sangat berkaitan
erat satu sama lain, misalnya unsur agama berkaitan erat dengan unsur
perkawina, unsur bisnis berkaitan erat dengan unsur status sosial.
3. Kebudayaan
dibagikan, artinnya prinsip-prinsip serta kebudayaan menyebar kepada setiap
annggota yang lain dalam suatu kelompok.
Dari titik pandang seorang pemasar, suatu cara
memperoleh pemahaman kebudayaan adalah menganalisis elemen-elemen kebudayaan
dalam suatu negara, sebagai berikut:
1. Kehidupan material
mengacu pada kehidupan ekonomi, yakni apa yang
dilakukan oleh manusia untuk
memperoleh nafkah.
2. Interaksi sosial
interaksi sosial membangun aturan-aturan
yang dimainkan seseorang dalam masyarakat, serta pola kekuasaan dan kewajiban
mereka.
3.Bahasa
komunikasi terungkap melalui kata-kata,
gerak-gerik, air muka, dan gerakan tubuh lainnya. Oleh karena itu, seorang
pemasar internasional harus berhati-hati dalam menangani persoalan bahasa dalam
trensaksi-transaksi dagang, kontrak, negosiasi, reklame, dan sebagainya.
4. Estetika
Estetika
meliputi seni(arts), drama, musik, kesenian rakyat dan arsitektur yang terdapat
dalam masyarakat. Nilai estetika dari suatu masyarakat tampak pada corak,
bentuk, warna, ekspresi, simbol, gerak-gerik, emosi, perawakan yang bernilai
dan berkaitan dengan suatu budaya tertentu. Atribut-atribut ini memiliki
pengaruh pada desain/ model dan promosi untuk produk yang berbeda.
5. Nilai
dan sikap
setiap kultur mempunyai seperangkat nilai dan
sikap yang mempengaruhi hampir segenap aspek perilaku manusia dan membawa
keteraturan pada suatu masyarakat/ individu-individunya.
6. Agama
dan kepercayaan
agama mempengaruhi pandangan hidup, makna dan
konsep suatu kebudayaan. Oleh karena prinsip dan sikap agama mungkin sangat
mempengaruhi pemasaran barang dan jasa, maka pemasar internasional harus peka
terhadap prinsip agama tuan rumah dimana mereka akan melakukan pemasaran.
8.
Edukasi
edukasi meliputi proses penerusan
keahlian, gagasan, sikap dan juga pelatihan dalam disiplin tertentu. Salah satu
fungsi edukasi adalah mentransmisikan kultur dan tradisi yang ada ke generasi
baru. Meskipun demikian edukasi dapat pula digunakan untuk melakukan perubahan
kultural.
7. Kebiasaaan-kebiasaan
dan tata karma
kebiasaan (customs) adalah praktek-praktek
yang lazim/mapan. Tata krama(manners) adalah perilaku-perilaku yang dianggap
tepat di dalam suatu masyarakat tertentu. Para manajer harus memperhatikan
perbedaan-perbedaan dalam cara produk digunakan.
8. Etika
dan Moral
pengertian dari apa yang disebut benar dan apa
yang salah didasarkan pada kebudayaan. Contoh: perbedaan perangai orang-orang
jepang dan orang-orang korea juga menggambarkan masalah etika. Orang-orang
jepang bersifat formal dan berhati-hati, sedangkan orang korea bersifat
informal dan ramah.
G. Analisis Lintas Budaya
Analisis lintas budaya adalah
perbandingan sistematik dari berbagai similaritas dan perbedaan dalam
aspek-aspek fisik dan perilaku kultur. Dalam pemasaran, analisis lintas budaya
digunakan dalam rangka mendapatkan suatu pengertian atas segmen-segmen pasar
dalam dan di seberang batas-batas nasional. Tujuan analisis ini ialah
menentukan apakah pemasaran, dapat digunakan di dalam satu atau lebih pasar
asing ataukah harus dimodifikasi untuk memenuhi kondisi lokal. Dalam pemasaran,
analisis lintas budaya sering memerlukan pengidentifikasian implikasi kultur
terhadap peran-peran pembelian keluarga, fungsi produk, desain produk,
aktivitas promosi dan penjualan, sistem saluran dan penentuan harga.
1.
Misinterpretasi
Penilaian Lintas Budaya
Secara konseptual analisis kultural
itu dapat didasarkan pada yang manapun dari ketiga pendekatan sebagai berikut:
a.
Pendekatan
etnosentrime,
menganggap
“kamilah yang terbaik”. Banyak perusahaan AS salah karena menganggap bahwa apa
yang baik di tempat sendiri pasti baik juga di pasar-pasar luar negeri.
b.
Pendekatan
asimilasi,
menganggap bahwa
karena Amerika adalah wadah percampuran budaya, maka ciri-ciri khas budaya yang
tampak di masyarakat Amerika pasti cocok di manapun.
c.
Pendekatan
keunggulan pandangan tuan rumah,
memberi
perhatian pada keadaan pasar dan menekankan kebijakan-kebijakan yang didasarkan
pada ciri khas budaya setempat, budaya tuan rumah.
Berikut
adalah garis besar analisis antar budaya mengenai tingkah laku konsumen:
1.
Menentukan motivasi
yang relevan dalam suatu budaya.
2.
Menentukan karateristik
pola tingkah laku.
3.
Menentukan bidang nilai
budaya mana yang relevan dengan produk ini.
4.
Menentukan bentuk
karateristik dalam membuat keputusan.
5.
Mengevaluasi metode
promosi yang cocok dengan budaya setempat.
6.
Menentukan lembaga yang
cocok untuk produk ini menurut pikiran konsumen.
2.
Adaptasi
Budaya
Adaptasi
budaya(cultural adaptation) mengacu pada penentuan kebijaksanaan bisnis yang
sesuai dengan ciri khas budaya suatu masyarakat. Secara esensial, ada tiga
lingkup yang tercakup dalam adaptasi bisnis luar negeri: produk, institusi dan
individu.
1. Produk
dapat dipasarkan ke luar negeri, dengan dimodifikasi hingga cocok dengan iklim,
spesifikasi elektronik, preferensi warna, dan minat luar negeri, atau produk
itu dirancang ulang sama sekali agak sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat.
2. Tingkah
laku institusi meliputi adaptasi organisasi dan interaksi-interaksi bisnis
untuk mencocokkan dengan perspektif negara setempat. Misalnya: perusahaan AS di
Spanyol mengizinkan para pekerjanya untuk istirahat siang.
3. Adaptasi
tanggapan individu terhadap situasi negara-negara setempat harus benar-benar
bebas dari SRC( berdasarkan kriteria sendiri/ self-reference criterion). Adaptasi seperti ini dituntut dalam
segala hal arti waktu, tingkah laku sosial, interaksi dalam keluarga, dan
lain-lain.
3.
Perilaku
Pembeli dalam Suasana Global
Dalam
rangka memahami perilaku pembeli luar negeri, pemasar internasional perlu
melakukan empat tugas pokok yang sama dengan yang dibutuhkan oleh pemasar
domestik, tetapi di dalam dan di luar pasar-pasar asing:
1. Mengidentifikasi
similaritas dan perbedaan di dalam yang sedang ditinjau.
2. Memilih
model, konsep dan teknik perilaku pembeli untuk pasar yang sedang ditelaah.
3. Memodifikasi
penerapannya untuk memenuhi karateristik pasar.
4. Menafsirkan
hasilnya dalam konteks pasar tersebut.
4. Membedakan
Strategi Lokal dan Global
1. Pasar
industrial(industrial market)
Didalam
pasar ini pertimbangan-pertimbangan kultural dan sosial memainkan peran yang
relatif kurang penting dalam keputusan pembelian mereka
2. Pasar
Konsumsi(Consumer Market)
Pasar
konsumsi terdiri atas pembeli-pembeli yang berkepentingan dalam pemuasan
kebutuhan/keinginan pribadi. Mereka lebih umumnya lebih rentan terhadap
kekuatan kultural dan sosial dibandingkan para pembeli industrial.
I.
BAURAN
PEMASARAN DALAM LINTAS BUDAYA
1.
Organisasi
Perusahaan
Terdapat
tiga cara dalam menyusun organisasi agar produk yang dihasilkan mampu menembus
pasar sasaran luar negeri.
a. Perusahaan
tetap berada di dalam negeri, dan menjual produk keluar negeri melalui proses
ekspor. Mereka menggunakan jasa perusahaan pasar luar negeri sasaran sebagai
agen penjualan. Model seperti ini memerlukan pencarian informasi mengenai
budaya lokal secara lebih banyak.
b. Perusahaan
dapat membuat perusahaan patungan dengan pihak dalam negeri pasar sasaran,
disebut juga sebagai cara aliansi strategi. Model ini jelas lebih dapat
diandalkan dalam memahami budaya lokal sehingga strategi-strategi yang
dikembangkan tidak bertentangan dengan budaya lokal.
c. Dengan
mendirikan perusahaan di negara dimana produk akan dipasarkan dan kepemilikan
tidak di bagi dengan pengusaha dalam negeri. Resiko yang dialami bisa berupa
nasionalisasi, pembatasan dari pemerintah, dan lain-lain. Model ini adalah odel
yang paling berisiko, walaupun memang potensi profitnya juga tinggi.
2.
Rencana
Standarisasi
Berikut
adalah unsur-unsur marketing mix yang perlu dimengerti oleh pemasar
internasional dalam hubungannya dengan kebudayaan suatu negara.
a. Perencanaan
Produk
Perencanaan
produk internasional terdiri atas empat jenis:
·
Membuat produk yang
sama untuk setiap negara tujuan(straight extention)nmerupakan strategi
perencanaan produk yang akan dijual kepasar internasional dengan menciptakan
produk yang sama di seluruh pasar luar negeri.
·
Adaptasi Produk (produk
adapattion) pendekatan ini biasanya dipakai untuk produk-produk yang memerlukan
penyesuaian dalam ukuran karena ada ketidakcocokan pengguna.
·
Pendekatan backward
invention pendekatan ini dipakai untuk memasarkan produk ke negara-negara yang
berkembang.
·
Pendekatan forward
invention pendekatan ini dilakukan terus menerus menciptakan produk yang
unggul.
b. Perencanaan
Distribusi
Distribusi produk internasional
memerlukan jalur yang panjang. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
merencanakan distribusi produk adalah jalur distribusi yang tersedia di negara
tujuan, ketepatan menggunakan saluran distribusi, perbedaan praktek distribusi
dengan negara tujuan, biaya dan faktor-faktor lain.
c. Perencanaan
Promosi
Alasan melakukan promosi global dan lokal adalah bahwa nama merek
perusahaan perlu mendunia, tetapi secara lokal merek perusahaan juga bisa
diterima oleh berbagai budaya yang ada. Praktek-praktek promosi khususnya
periklanan mungkin yang paling rentan terhadap kesalahan kultural.
d. Penentuan
Harga
Harga atas produk yang tersedia dibayar
konsumen tergantung pada nilai perkiraan dan aktual dari produk tersebut.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Budaya
adalah segala nilai, pemikiran, simbol, yang mempengaruhi perilaku, sikap,
kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Budaya bukan hanya
bersifat abstrak tetapi bisa berbentuk objek material seperti rumah, kendaraan,
peralatan elektronik, pakaian, undang-undang, makanan, minuman, musik,
teknologi, dan bahasa.
Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting
dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya.
Makna budaya akan dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk kemudian
dipindahkan ke konsumen dalam bentuk pemilikan produk (possession ritual),
pertukaran (exchange ritual), pemakaian (grooming ritual), dan pembuangan
(divestment ritual).
Dalam pemasaran, analisis lintas budaya sering
memerlukan pengidentifikasian implikasi kultur terhadap peran-peran pembelian
keluarga, fungsi produk, desain produk, aktivitas promosi dan penjualan, sistem
saluran dan penentuan harga. Etnis dapat diartikan sebagai kelompok orang yang
mempunyai norma dan nilai spesifik yang sama dalam persepsi dan kognisi yang
berbeda dengan persepsi dan kognisi kelompok lain dalam masyarakat yang lebih
luas, nilai ini dapat terbentuk dari segi fisik, agama, geografis atau faktor
lainnya namun tidak mutlak
DAFTAR PUSTAKA
Schiffman,
Leon. Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku
Konsumen. Indonesia: Mancanan Jaya Cemerlang.
Sumarwan,
Ujang. 2004. Perilaku Konsumen.
Bogor: Ghalia Indinesia
Setiadi,
Nugroho J. 2008. Perilaku Konsumen.
Jakarta: Prenada Media Group
Komentar
Posting Komentar